Avatar photo

Yudo Mahendro

Koordinator Provinsi Banten Masyarakat Perkotaan Indonesia. Konsultan Sosial dan Lingkungan.
5 Posts
Rambutan Parakan: Si Manis Khas Kabupaten Tangerang yang Mendunia

Rambutan Parakan: Si Manis Khas Kabupaten Tangerang yang Mendunia

Apa Itu Rambutan Parakan? Rambutan Parakan (Nephelium lappaceum L) adalah salah satu jenis rambutan khas dari Kabupaten Tangerang, Banten. Dikenal dengan rasa manis, daging buah yang padat, tebal, kering, dan sedikit berair, rambutan ini telah menjadi ikon buah unggulan daerah tersebut. Asal Usul Nama Rambutan Parakan Nama “Parakan” berasal dari bahasa Sunda, yaitu kata perakan yang berarti “satu perak”. Sebelum tahun 1965, rambutan ini dikenal masyarakat sebagai rambutan Aceh. Namun, karena redenominasi nilai mata uang dari seribu rupiah menjadi satu rupiah (atau satu perak), masyarakat Tangerang mulai menyebut rambutan ini sebagai rambutan parakan, merujuk pada harga per ikat saat itu.…
Read More
Toko Buku Bekas di Tangerang Selatan: Kisah Bang Saud yang Tetap Bertahan di Tengah Zaman Digital

Toko Buku Bekas di Tangerang Selatan: Kisah Bang Saud yang Tetap Bertahan di Tengah Zaman Digital

Buku adalah jendela dunia. Meski era digital menggempur, masih ada orang-orang yang setia menjaga keberadaan buku fisik. Salah satunya adalah Bang Saud, pemilik toko buku bekas di Tangerang Selatan yang telah menjajakan literasi sejak awal tahun 2000-an. Tokonya terletak di Jalan Cabe III, Pondok Cabe Ilir—sebuah kawasan yang masih menyimpan denyut kehidupan buku-buku lama. Bang Saud, pria Betawi asal Lebak Bulus yang kini menetap di Tangerang Selatan, memulai usahanya saat penjual buku bekas masih mudah dijumpai di Pamulang, Ciputat, dan pusat-pusat keramaian lainnya.  "Penjualan buku bekas terus menurun," ujarnya saat ditemui tim Pojok Tangerang. Ia mengenang masa-masa ketika anak sekolah…
Read More
Si Pitung: Legenda Betawi, Budaya Pop, dan Memori Kolektif Jakarta

Si Pitung: Legenda Betawi, Budaya Pop, dan Memori Kolektif Jakarta

Si Pitung adalah salah satu tokoh legendaris yang paling ikonik dalam budaya Betawi. Kisahnya terus hidup dalam narasi rakyat, pertunjukan seni, hingga media populer. Sosoknya bukan sekadar jagoan silat dari Rawa Belong, tapi juga simbol perlawanan rakyat kecil terhadap ketidakadilan kolonial. Dari Teater Tradisional ke Layar Lebar Sejak sebelum Indonesia merdeka, kisah Si Pitung telah menjadi bagian dari pertunjukan rakyat seperti lenong dan rancak. Bahkan pada tahun 1931, kisah ini sudah diangkat ke layar lebar oleh Wong bersaudara. Popularitasnya semakin melejit di era 1970-an, ketika tiga film tentang Si Pitung dirilis: Si Pitung: Benteng Betawi (1970) Si Pitung Kembali Beraksi…
Read More
Menggali Akar Budaya Masyarakat Tangerang Selatan: Identitas “Betawi Ora”, Warisan Tionghoa, dan Jejak Sejarah

Menggali Akar Budaya Masyarakat Tangerang Selatan: Identitas “Betawi Ora”, Warisan Tionghoa, dan Jejak Sejarah

Tangerang Selatan (Tangsel), kota satelit yang berkembang pesat di selatan Jakarta, menyimpan akar budaya yang kaya namun belum sepenuhnya tergali. Kisah ini bermula dari seorang mahasiswa seni tari yang menghubungi penulis untuk menggali lebih dalam tentang Blandongan, rumah adat khas Betawi Tangsel yang menjadi simbol kota. Permintaan tersebut menyadarkan bahwa referensi dan kajian budaya lokal Tangsel masih sangat terbatas. Tulisan ini bertujuan memantik diskusi dan kesadaran tentang pentingnya memahami akar budaya Tangsel sebagai fondasi identitas kota dan arah pembangunannya. Identitas Budaya “Betawi Ora” di Tengah Kota Modern Penggunaan Blandongan sebagai logo Kota Tangsel menandakan pengakuan atas budaya Betawi sebagai identitas…
Read More
Blandongan, Simbol Kota Tangerang Selatan yang Terlupakan

Blandongan, Simbol Kota Tangerang Selatan yang Terlupakan

Di ujung selatan Jakarta, tepat di lekuk-lekuk kota satelit yang kian membengkak bernama Tangerang Selatan, ada sebuah cerita yang perlahan memudar—dilupakan beton, dikaburkan aspal, disembunyikan deret-deret ruko dan pagar-pagar perumahan modern. Cerita itu bernama blandongan—sebuah teras terbuka, tempat yang awalnya menjadi muara bagi segala kehidupan warga—yang kemudian menjadi inspirasi lambang kota Tangerang Selatan—kini nyaris tinggal kenangan. Tangerang Selatan, tak seperti dua saudaranya—Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang—memiliki komposisi etnis yang unik. Jika yang lain plural dan penuh ragam, Tangsel justru didominasi oleh satu etnis: Betawi. Namun, secara kultural, masyarakat Betawi di Tangsel memiliki perbedaan dengan etnis Betawi yang dikenal luas. Mereka…
Read More